Makalah: OPINI

 

OPINI

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah          : Dasar-Dasar Jurnalistik

Dosen pengampu   :  Nanang Qosim, M. Pd

 


   

Oleh:

M. Iqbal Amrillah      (1708056092)

Lailatus Syarifah        (1708056098)

M. Athoillah               (1708056102)

Miftahul Jannah         (1808056063)

Denny Prihartono      (1808056106)

 

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

             Opini  adalah  pendapat  pribadi  yang  tidak  obyektif  dan  tidak  melalui  proses verifikasi (Quirk dkk. dalam Wibisono, 2013). Menurut Cultip dan Center dalam Sastropoetro (1987), opini adalah sejumlah akumulasi pendapat individual tentang  suatu  isu  dalam  pembicaraan  secara  terbuka  dan  berpengaruh terhadap  sekelompok  orang.  Dengan  demikian,  opini  terbentuk  melalui  suatu  kegiatan  berupa  debat  pembicaraan  atau  pertukaran  informasi  antar  individu  yang  berada  dalam  suatu  kelompok.  Opini  seseorang  pada  suatu  hal  menjadi  penting  dalam  pengambilan keputusan. Apalagi sebagai seorang mahasiswa yang sering disebut-sebut sebagai agent of change. Kita harus bisa menulis, karena itu merupakan salah satu bentuk kepedulian kita kepada negara ini.

             Oleh sebab itu, sebagai kaum akademis sudah selayaknya mengetahui kaidah penulisan opini yang baik dan benar. Sebab meski secanggih dan sehebat apapun ide dan gagasan kita, jika tidak dibarengi kemampuan menulis yang baik, maka akan dianggap sebagai omong kosong bahkan jika salah dipahami akan dianggap sebagai penyebar berita hoaks di media massa.

B.     Rumusan Masalah

1.       Apakah yang dinamakan dengan opini?

2.       Apa sajakah tujuan penulisan opini?

3.      Bagaimana ciri-ciri opini?

4.      Apa saja jenis-jenis opini?

5.      Unsur apa sajakah yang terdapat di dalam opini?

6.      Bagaimana struktur teks opini?

7.      Bagaimana kaidah penulisan dan kebahasaan pada teks opini?

C.      Tujuan

1.       Untuk mengetahui pengertian opini.

2.       Untuk mengetahui tujuan penulisan opini.

3.      Untuk mengetahui ciri-ciri sebuah opini.

4.      Untuk mengetahui jenis-jenis opini.

5.      Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat di dalam opini.

6.      Untuk mengetahui struktur teks opini.

7.      Untuk mengetahui kaidah penulisan dan kebahasaan pada teks opini.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Opini

            Menurut KBBI, opini disebutkan sebagai “ pendapat” , “ pikiran “, “ perasaan “ atau “ pendirian “. Dengan kata lain opini adalah pendapat atau pikiran seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan, biasanya berupa artikel. Opini adalah pendapat suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Dalam kontekas jurnalistik opini adalah bentuk tulisan pendek mengenai suatu masalah yang berisi pendapat penulisnya (suseno,1995:54). Karena itu opini merupakan bagian kecil atau salah satu rubik (kolom) yang terdapat dalam media masa. Masalah yang dibicarakan dalam opini adalah masalah yang actual dan factual.

            Opini (opinion) adalah pendapat atau pandangan yang sifatnya subjektif mengenai suatu masalah atau peristiwa yang akan dituangkan dalam tulisan di media massa atau dikemukakan kepada wartawan yang mewawancarainya. Dalam dunia jurnalistik, opini termasuk dalam kategori fakta. karena itu opini disebut juga fakta dalam pemikiran (fact in idea), dan dapat menjadi bahan berita. (Asep Syamsul M. Romli, 2008).

            Opini merupakan tulisan yang berisi pandangan penulis tentang suatu masalah atau kejadian , biasanya dibuat oleh para pakar, cendekiawan, negarawan, atau tenokrat. Secara teknis, gaya penulisan opini sama dengan artikel. Namun yang membedakan antara artikel dan opini lebih kepada pihak yang menulisnya. Artikel bisa di tulis dari semua kalangan mulai dari petani maha pesereta didik, nelayan hingga pengemis. Sedangkan opini dituliis bila sebuah gagasan dalam bidang tertentu ditulis oleh orang yang berkompeten dalam bidang tersebut. Bila menyangkut masalah kesehatan, seperti kasus flu babi, maka opini selayaknya ditulis dari kalangan dokter ataupun pejabat dinas kesehatan. bila yang disinggung masalah kesehatan, maka dosen, pengamat pendidikan, guru, kepala dinas pendidikan diantaranya adalah pihak-pihak yang dapat membuat sebuah opini. tidak ada pembatasan jumlah karakter bila guru ingin membuat sebuah opini. tetapi bila kemudian guru tertarik untuk mengirimkan opini ke sebuah media, maka media yang bersangkutan, biasanya menetapkan adanya kriteria-kriteria tertentu. misalnya, KORAN PENDIDIKAN. Sebuah media cetak yang beroperasi di Malang Raya-Kediri, dan sekitarnya, lebih menyukai opini bertemakan pendidikan kontemporer dengan Panjang tulisan 1-2 halaman folio. sedangkan kompas jawa timur, lebih menyukai opini bertemakan problem actual yang dihadapi masyarakat jawa timur dengan Panjang tulisan 3 halaman dan sebagainya.

            Membiasakan diri membuat tulisan artikel merupakan jalan dalam mengasah kompetensi guru dalam hal membuat opini. Bermula dengan semakin seringnya guru dalam membuat artikel, akan mendongkrak kredibilitas dan pengakuan pihak lain baik itu rekan sejawat, rekan sekolah, pengawas maupun stakeholer pendidikan lainnya akan profesionalisme guru dalam membuat opini. (Angga Teguh Prastyo, 2010).

            Opini secara umum , isi media massa dapat di kategorikan dalam tiga jenis, yakni news ( berita), views ( opini ) , dan adversiting ( iklan). Dari ketiga jenis isi media massa tersebut yang paling memungkinkan di dominasi oleh tingkat subjektifitas yang tinggi adalah opini karena opini adalah pendapat. Sebagai mana pada Pasal 28 Undang – Undang Dasar 1945 bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul , mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan di jamin Undang-Undang. Yang di maksud di jamin dalam Undang- Undang bahwa setiap warga Negara berhak berpendapat sehingga kebebasan berpendapat tersebut tidak melanggar undang –undang alih-alinh melanggar hak warga Negara lainnya.

            Secara umum,pembeda antara opini, berita, dan iklan selai dari teknik penyajiannya juga dalam substasinya. Berita harus berlandaskan fakta, sehingga dasar rumus 5W + 1H merupakan ketentuan baku yang harus ditaati. Sementara itu, opini landasanya adalah pendapat sehingga harus berangkat dari masalah yang dihadapi khalayak dan memberikan solusi atau jawaban atas permasalahan yang dihadapi khalayak. Iklan lebih focus pada penawaran produk dan jasa sehingga tidak cukup hanya informasi, tetapi juga argumentasi dan persuasi yang ditawarkannya.

            Tujuan penulisan teks opini adalah untuk menyampaikan pendapat tertentu kepada pihak-pihak yang dimaksud yang meliputi tindakan untuk mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah yang sedang hangat diperbincangkan. Dimana diharapkan tulisan opini ini dapat memberikan informasi kepada pembaca, untuk merangsang pemikiran, dan terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak sesuai dengan kondisi.

B.     Ciri-ciri Teks Opini

Opini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.       Berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan mengapa, bagaimana atau lalu apa.

2.       Bersifat subjektif sehingga menurut pandangan atau pendapat seseorang.

3.      Berisi tentang pendapat, saran, ramalan, tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa, serta menunjukkan peristiwa yang belum atau akan terjadi pada masa yang akan datang ( baru berupa rencana).

C.    Jenis-jenis Opini

1.             Opini individual

          Merupakan pendapat seseorang mengenai sesuatu yang terjadi di masyarakat. Untuk mengetahui orang lain ada yang sependapat atau tidak seseorang harus melakukan perbincangan kepada orang lain  terlebih dahulu sehingga sesuatu yang dibicarakan tersebut ini menjadi opini public.

2.             Opini pribadi

          Merupakan pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah social. Opini timbul apabila seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain menyetujui atau tidaknya suatu masalah social, kemudian dalam nalarnya ia menemukan sebuah kesimpulan sebagai tanggapan atas masalah social tersebut.

3.            Opini kelompok

          Merupakan pendapat sekelompok orang mengenai masalah social yang menyangkut kepentingan orang bayak. Contoh keharusan Pancasila dijadikan asas tuggal bagi organisasi kemasyarakatan. Maka diantara kelompok itu ada kelompok yang pro dan kontra

4.            Opini minoritas

          Merupakan pendapat dari orang-orang yang jumlahnya relatif lebih sedikit dari mereka yang terkait suatu masalah social baik yang pro, kontra, atau dengan pandangan lainnya.

5.            Opini mayoritas

          Merupakan pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang berkaitan dengan suatu masalah social baik yang pro, kontra atau dengan pandangan lain.

6.            Opini masa

          Merupakan lanjutan dari opini public opini masal adalah pendapat seluruh masyarakat sebagai hasil dari perkembangan pendapat yang berbeda mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.

7.            Opini umum

          Merupakan pendapat yang sama dari semua orang dalam suatu masyarakat mengenai suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum.

D.    Unsur-unsur Opini

1.       Topik atau permasalahan yang mau ditulis

2.       Opini atau pandangan pribadi penulis tentang topik atau permasalahan itu.

3.      Argument-argumen yang menjelaskan dan mendukung opini atau pandangan tersebut.

4.      Kesimpulan

E.     Struktur Teks Opini

1.       Pernyataan Pendapat

Pernyataan pendapat berisikan topik tentang sebuah permasalahan yang akan dibahas.

2.       Argumentasi

Argumentasi merupakan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak disampaikan.

3.      Pernyataan Ulang Pendapat

Pernyataan ulang pendapat adalah bagian akhir teks opini yang berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca atau pendengar semakin yakin dengan pandangan kalian tersebut.

F.     Kaidah Penulisan Opini

1.       Bagian Pembukaan (Introductory)

Bagian pembukaan terdiri dari dua hal utama, yaitu memaparkan topik dengan sebagus mungkin untuk menarik perhatian pembaca. Dalam bagian pembukaan penulis harus menguraikan secara singkat obyek kajian yang dipilih, pemaparan data obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan.

2.       Gagasan Utama (Content)

Pada bagian ini, penulis harus mampu menjelaskan pokok pikiran, mengapa memilih topik kajian masalah yang dikaji. Mengemukakan apa dan siapa saja terkait masalah tersebut. Meyakinkan pembaca bahwa kajian ini penting. Penulis juga harus mengemukakan masalah mendasar dari kajian yang dipilih secara tajam dan mendalam.

3.      Bagian Penutup (Closing)

Pada bagian ini, penulis harus mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang diangkat dan dibahas. Penulis juga harus menguraikan analisis berupa pemaparan premis-premis yang memperkuat kontradiksi yang diberikan.


 

G.    Kaidah Kebahasaan Teks Opini

Berikut kaidah kebahasaan teks opini :

1.     Adverbia yaitu ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas, dengan menegaskan menggunakan kata keterangan.

2.       Konjungsi yaitu kata penghubung pada teks.

3.      Verba Material yaitu verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.

4.      Verba Relasional yaitu verba yang menunjukkan hubungan intensitas dan milik.

5.      Verba Mental yaitu verba yang menerapkan presepsi dan kognisi.

H.    Contoh Opini

Opini berikut telah terbit di surat kabar harian Tribun Jateng pada 08 Agustus 2018 dengan judul “Gelap Terang Selebritisasi Politik”.

Gelap Terang Selebritisasi Politik

Oleh: Lailatus Syarifah

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Meningkatnya jumlah selebriti tanah air yang mengikuti kontes pemilihan calon legislatif (caleg) dari tahun ke tahun, terutama menjelang tahun 2019 mengindikasikan adanya selebritisasi politik. Keikutsertaan mereka pada pemilihan caleg kali ini tentu mengalihkan perhatian sebagian elemen masyarakat yang berakibat pada meningkatnya rating partai tertentu yang mengusungnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan selebriti tersebut secara tidak langsung berpengaruh pada dunia percaturan politik di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa dunia perpolitikan sangat membutuhkan yang namanya “popularitas”, sedangkan artis merupakan pemilik popularitas yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Untuk melayani kebutuhan popularitas yang tinggi ini, tak ayal lagi partai-partai politik baik “partai elite” maupun “partai tercepit” mau tidak mau harus mempertahankan eksistensinya, bagaimanapun caranya termasuk “menyewa” sejumlah artis untuk ditawarkan menduduki kursi pemerintahan. Sehingga dapat kita prediksi bahwa kemungkinan besar dunia politik akan dikuasai oleh kaum selebriti.

Pernyataan Pendapat

 

Tercatat sedikitnya ada 71 selebriti dengan berbagai latar belakang, baik penyanyi, komedian, maupun presenter mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai caleg. Menariknya, wabah selebritisasi politik ini menyebar rata ke hampir seluruh partai politik (parpol) yang ada, baik itu parpol besar maupun parpol kecil. Popularitas selebriti inilah yang nantinya akan membuat mereka menjadi pilihan utama, meski sebenarnya ada kandidat lain yang lebih pantas. Namun, peluang mereka tentu akan lebih besar dibanding caleg yang hanya memiliki sedikit pendukung, atau bahkan tidak memiliki pendukung sama sekali. Apalagi jika para caleg selebriti ini menggunakan strategi yang cermat serta sasaran yang tepat. Tentu bukan suatu kemustahilan untuk menjadikan mereka sebagai anggota legislatif yang memiliki kedekatan emosi imajinatif dengan para penggemarnya.

Kekurangmahiran parpol mengusung kader dari partainya sendiri menjadikan mereka berlaku pragmatis, salah satunya menjadikan selebriti sebagai caleg. Padahal idealnya, parpol harusnya mengusung caleg yang berkualitas dari diri sendiri. Jika mereka selalu mengandalkan figur-figur populer dalam kontestasi politik, maka hal ini menunjukkan kekurangcanggihan parpol tersebut dalam proses perkaderan. Akibatnya, parpol bisa saja  kehilangan jati dirinya sebagai organisasi yang seharusnya mampu merekrut kader-kader yang bisa diandalkan.

Ide selebritisasi artis ini jika tidak disiapkan secara sungguh-sungguh, hanya akan menambah kekacauan dan hingar bingar pada kelas menengah ke atas. Khususnya para elit politik yang notabene menjadi penentu kebijakan publik. Karena seperti yang kita saksikan di layar televisi, tidak jarang para selebriti terciduk oleh pihak kepolisian sedang berpesta narkoba atau melakukan berbagai tindak kriminal lainnya. Tentu saja ini menjadi momok yang menakutkan publik. Alasannya, jika selebriti yang memasuki dunia politik adalah yang bermental seperti itu, maka rusaklah mentalitas dan moralitas bangsa ini. Hal tersebut bisa terjadi karena para elite politik yang harusnya menjadi suri tauladan bagi rakyat, malah melakukan sesuatu yang tercela yang pada akhirnya dijadikan dalil oleh masyarakat kita untuk melakukan kejelekan tersebut.

Bukan Sekedar Pelengkap

Terlepas dari sisi buruk terhadap sistem politik dan demokrasi di Indonesia, kehadiran caleg selebriti seharusnya mengundang manfaat tersendiri. Pertama, selebriti yang maju sebagai caleg atau direkrut partai pada umumnya memiliki latar belakang yang terkait dengan industri kreatif. Pengalaman dan kemampuan itu dapat dimanfaatkan, tidak hanya untuk menumbuhkan basis ekonomi kreatif di tiap daerah pemilihan (dapil). Tapi, dapat juga membantu para tokoh budayawan lokal dalam mempromosikan sumber daya kebudayaan yang mereka miliki agar lebih kompetitif, baik di level nasional maupun internasional.

Kedua, kemampuan komunikasi selebriti yang menarik dan persuasif, dapat membantu parpol untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang diusung, agar tersampaikan secara efektif dan tepat sasaran. Selain itu, secara tidak langsung akan menaikkan harga diri dan marwah parpol yang bersangkutan, dan tentunya diharapkan dapat menambah jumlah kursi di suatu dapil serta memperluas pengaruh parpol tertentu.

Ketiga, para selebriti yang menjadi caleg pada umumnya tidak hanya memiliki kemampuan sebagai political endorser. Mereka juga memiliki potensi sebagai political influencers. Kemampuan itu sangat penting untuk meningkatkan partisipasi politik pemilih dalam arena pemilu, baik pileg dan pilpres, khususnya para pemilih apolitis dan antipartai. Potensi seperti itu sangat berguna sekali untuk meminimalkan jumlah pemilih golput di setiap dapil yang ada di setiap wilayah di Indonesia.

Argumentasi

Agar peluang-peluang di atas dapat terwujud, maka diperlukan adanya sinergitas antara parpol dan selebriti yang akan diusung, terutama mengenai strategi dan manajemen komunikasi politik mereka secara maksimal. Tanpa itu, rasanya kehadiran mereka dalam kontestasi politik hanya menjadi pelengkap. Jika itu yang terjadi, rasanya mustahil bagi kita untuk melihat sosok caleg selebriti yang bisa menjadi kader unggulan partai dan menjadi politisi kelas satu.

Pernyataan ulang pendapat.


 

BAB III

PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

Opini adalah pendapat atau pikiran seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan, biasanya berupa artikel. Opini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan mengapa, bagaimana atau lalu apa, bersifat subjektif sehingga menurut pandangan atau pendapat seseorang, berisi tentang pendapat, saran, ramalan, tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa, serta menunjukkan peristiwa yang belum atau akan terjadi pada masa yang akan datang ( baru berupa rencana).

Jenis-jenis opini di antaranya ada opini individual, opini pribadi, opini kelompok, opini minoritas, opini mayoritas, opini masa, opini umum. Unsur-unsur opini adalah: topik atau permasalahan yang mau ditulis, pandangan pribadi penulis tentang topik atau permasalahan itu, argument-argumen yang menjelaskan dan mendukung opini atau pandangan tersebut dan kesimpulan.

Struktur teks opini adalah: pernyataan pendapat, argumentasi dan pernyataan ulang pendapat. Kaidah penulisan opini yaitu terdiri dari bagian pembukaan (Introductory), gagasan utama (content), dan bagian penutup (closing). Sedangkan kaidah kebahasaan teks opini terdiri atas: adverbial, konjungsi, verba material, verba relasional, dan verba mental.

B.     Kritik dan Saran

Demikian yang dapat disajikan oleh penyusun, semoga memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca.


 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta : Pustaka Amani Jakarta.

Hikmat, Mahi M. 2018. Jurnalistik: Literary Journalism. Jakarta : Prenadamedia Group

Romli, Asep Syamsul M. 2008. Kamus Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Pohan, Albert Efendi. 2020. GERAKAN LITERASI NASIONAL Literacy Goes To School. Jawa Timur : CV Penerbit Qiara Media.


 

BIODATA MAHASISWA

 

1.        M. Iqbal Amrillah

 

Ia lahir di Batang, 17 Februari 1999. Ia biasa di panggil Iqbal. Ayahnya merupakan Seorang guru honorer sekaligus pengurus di yayasan Darul Muttaqin Batang, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil Iqbal selalu dinasehati orang tuanya untuk mendalami ilmu agama, sampai pada akhirnya ia disekolahkan di MTs Ribatul Muta'allimin Pekalongan sekaligus tinggal di pondoknya, lalu dilanjutkan ke MA Ribatul Muta'allimin Pekalongan, karena suatu kendala Iqbal keluar dari pondok dan hanya sekolah saja. Setelah lulus sekolah, Iqbal melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, Saat ini ia tercatat sebagai salah satu Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Jurusan Pendidikan Matematika Semester 7. Sebagai anak pertama, Iqbal selalu dituntut untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya, ia juga ingin membahagiakan orang tuanya. Satu pesan dari Iqbal: "Jika ada masalah selesaikanlah jangan dipikirkan, karena cuman memikirkan tidak akan menyelesaikan masalah".

2.      Lailatus Syarifah

 

Lailatus Syarifah lahir di Kabupaten Batang pada 15 Agustus 1999 dari pasangan Abdul Ghoni dan Sri Indayati. Dia menghabiskan masa kanak-kanaknya di tengah-tengah keluarga yang memegang teguh tradisi keagamaan. Ifah, begitulah panggilan akrabnya, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia menapaki pendidikan formal maupun nonformal di desa kelahirannya. Dari mulai TK Pelita 01 Kemiri, SD N 01 Kemiri, MTs Darussalam Subah dan MA Darussalam Subah. Meski berasal dari keluarga yang sarat akan pendidikan agama, ia memilih untuk mengambil jurusan Pendidikan Matematika yang mungkin tidak ada hubungannya dengan agama di mata masyarakat awam. Namun, ia ingin membuktikan bahwa matematika dan al-Qur’an adalah satu kesatuan yang utuh. Integrasi yang benar antara keduanya akan menghasilkan suatu perpaduan yang luar biasa di bidang sains dan teknologi dan bidang lainnya. Karena impiannya itu, ia pun kuliah sambil menghafalkan al-Qur’an di pondok pesantren Daar al-Qalam.

Menjadi mahasiswa akademis, agamis, maupun aktivis adalah sebuah kesibukan yang ia jalani hingga saat ini. Sehingga ia pun aktif di berbagai macam organisasi ekstra di kampus. Di antaranya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),  saat ini dia dipercaya menjadi Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan Anggota (PPPA) HMI Korkom Walisongo Semarang, menjadi Ketua Bidang Kajian dan Jurnalistik pada organisasi daerah Keluarga Mahasiswa Batang Semarang (KMBS periode 2019/2020), dan pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Frekuensi Fakultas Sains dan Teknologi pada divisi online.

3.      M. Athoillah


Muhammad Athoillah lahir di Jepara, 13 Juli 1998. Ia memulai pendidikan saat usia 5 tahun di Jepara, yaitu di TK Salafiyah Wanusobo. Kemudian melanjutkan di Madrasah Ibtida’iyah Salafiyah Wanusobo dan setelah itu ia melanjutkan sekolah di MTs Matholi’ul Huda Bugel Jepara. Setelah ia lulus dari MTs Matholi’ul Huda Bugel ia melanjutkan pendidikanya di MA Matholi’ul Huda Bugel dan lulus dari MA Matholi’ul Huda Bugel pada tahun 2015 kemudian bekerja selama 1 tahun sebagai tukang kayu. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikanya ke perguruan tinggi pada tahun 2017 di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang di Program studi Pendidikan Matematika.

4.      Miftahul Jannah

 

Miftahul Jannah lahir di Semarang, 04 Desember 1999. Ia bersama keluarganya tinggal di Semarang. Ia terlahir dari pasangan yang harmonis yaitu Bapak Supriyanto dan Ibu Siti Tuzaenah. Ia terlahir sebagai anak pertama dan ia mempunyai satu adik cowok. Ia sering dipanggil Ifah oleh keluarganya dan juga dipanggil ipeh oleh teman-temannya. Ia memulai pendidikannya saat umur 5 tahun di Taman Kanak-kanak. Kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 01 Sumurrejo dan setelah itu melanjutkan ke MTs Al Islam Sumurrejo. Setelah lulus MTs, ia melanjutkan pendidikannya di MA Yajri Payaman Magelang dan menjadi santri selama 3 tahun. Ia lulus pada tahun 2017 dan tidak langsung melanjutkan pendidikannya, ia melanjutkan pendidikan nya pada tahun 2018 di UIN Walisongo Semarang Progran Studi Pendidikan Matematika.

5.      Denny Prihartono

 

Denny Prihartono atau biasa dipanggil Denny. Lahir di Brebes, 8 Mei 2000. Pernah mengenyam pendidikan di SDN Larangan 5 pada tahun 2006 dan sempat pindah sementara di SDN Jatibarang Kidul 1, kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Jatibarang, dan lulus dari SMAN 1 Slawi pada tahun 2018. Sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di jurusan Pendidikan Matematika semester 5,UIN Walisongo Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Materi LK 1 HMI Komisariat Iqbal-Febi

(Tak) Rela

Mengungkap Kebenaran Alquran: Kapan Matahari Padam?