Bercocok Tanam: Usir Kejenuhan Selama Pandemi

Artikel

doc:google.com/

Oleh: Lailatus Syarifah

Mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Masa pandemi COVID-19 memaksa setiap orang tinggal di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Kondisi ini mengakibatkan seseorang menjadi tidak produktif, bahkan cenderung melakukan pemborosan, baik itu mahasiswa, anak-anak, maupun orang tua. Berdiam diri di rumah saja pun sering kali menyebabkan kebosanan bahkan stress berkepanjangan sebab kegiatan yang dilakukan terlalu monoton. Sehingga untuk memutus mata rantai kebosanan, setiap orang berusaha untuk melakukan sesuatu hal yang unik, bahkan bisa meningkatkan ekonomi keluarga, salah satunya adalah dengan bercocok tanam.

Selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), siswa sering diberatkan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut membuat siswa menyebut-nyebut guru sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas tugas-tugas tersebut. Meskipun sebenarnya guru pun tidak sepenuhnya salah, sebab pemberian tugas juga merupakan kontrol guru terhadap siswa. Guru bisa mengetahui siswanya belajar melalui tugas yang diberikan. Indikatornya sederhana saja, jika siswa mengerjakan tugas, itu artinya siswa belajar, dan sebaliknya jika siswa tidak mengejakan tugas, maka siswa tersebut tidak belajar. Meskipun indikator tersebut tidak bisa dijadikan acuan keseriusan siswa dalam belajar.

Siswa pun mau tidak mau harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, paham ataupun tidak paham, mereka harus mengerjakannya. Sebab, tugas tersebut nantinya akan diakumulasikan menjadi nilai siswa di setiap periode satuan pendidikan. Namun, tugas yang terus-menerus diberikan tanpa ada follow up mengenai kesulitan yang dihadapi siswa mengakibatkan siswa menjadi jenuh, bosan, bahkan bisa stres, sehingga kemungkinan buruknya, siswa bukan menjadi tambah paham terhadap materi, tetapi malah semakin tidak paham dan merasa tertekan. Belajar menjadi bukan sesuatu yang menyenangkan, melainkan menjadi neraka bagi yang merasakan.

Selain guru dan siswa, orang tua di rumah pun merasa kewalahan akibat pandemi ini. Anak-anak yang tadinya belajar di sekolah bersama guru, kini dipaksa harus belajar dari rumah, dan mau tidak mau, orang tua harus siap menjadi "guru sekolah" bagi anak-anaknya. Orang tua yang tadinya hanya mengurus urusan rumah tangga, sekarang juga harus memutar otak agar pembelajaran anaknya harus tetap berjalan, salah satunya adalah dengan mata pelajaran praktik bercocok tanam.

Bercocok tanam merupakan salah satu alternatif yang dapat mengusir kejenuhan dan kepenatan setelah memikirkan tugas seharian. Kegiatan ini bahkan sudah diterapkan di beberapa sekolah di Kota Tangerang dan Bogor. Arief, salah satu guru di sekolah dasar di kota Tangerang mengatakan bahwa, mata pelajaran berbentuk praktikum tersebut diberikan untuk memberikan kesadaran kepada siswa-siswi di Kota Tangerang tentang pentingnya menjaga ketahanan pangan di masa pandemi.

Selain menjadi mata pelajaran praktikum bagi siswa, bercocok tanam juga bisa menjadi obat penawar kejenuhan yang dialami oleh siswa maupun tenaga pendidik. Hal ini menurut sebuah penelitian disebabkan karena interaksi yang dilakukan secara langsung kepada suatu tanaman akan mengembangkan kemampuan motorik halus siswa, yaitu berupa merawat dan menanam tanaman sehingga mereka merasa dekat dengan alam. Akibatnya kondisi kejiwaan pun menjadi lebih rileks dan tenang.

Beberapa jenis tanaman diperkenalkan, kemudian guru akan melakukan pendampingan bagaimana menanam dan membesarkan tanaman tersebut. Sedangkan itu, siswa SMP diajarkan untuk berwirausaha agar bisa membantu perekonomian keluarga di masa pandemi. Sehingga harapannya, mata pelajaran praktikum yang diselipkan di masa pandemi ini bisa memberikan dampak positif terhadap ketahanan pangan dan ekonomi di tingkat keluarga kecil di Kota Tangerang. Karena tidak mungkin kita terus meratapi pandemi ini yang entah kapan akan berakhir. Sesuatu yang bisa kita usahakan, harus diperjuangkan sekuat tenaga, agar ketika pandemi ini sudah usai, kita hanya perlu melanjutkan saja. Wallahu a'lam bi ash-shawaab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Materi LK 1 HMI Komisariat Iqbal-Febi

(Tak) Rela

Mengungkap Kebenaran Alquran: Kapan Matahari Padam?