Merekontruksi Paradigma Kedudukan Perempuan pada Masa Arab Jahiliyyah



ilustrasi/google.com

Resensi Buku
Judul Asli                   : Umm an-Nabiy alaihi ash-Shalatu wa as-Salam
Penulis                        : Dr. Aisyah Abdurrahman binti Syathi’
Penerbit                      : Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut
Judul Terjemahan     : Sayidah Aminah Ibunda Nabi Muhammad saw.
Penerjemah                :  Abdul Majid Choirony
Penerbit                      : PT. Lentera Basritama
Cetakan                      : Pertama, Syakban 1425 H/Okt 2004 M
Tebal                           : 276 halaman
ISBN                           : 979-3018-73-9
Peresensi                    : Lailatus Syarifah

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa posisi perempuan pada zaman jahiliyyah tidak lebih dari sebuah barang. Laiknya sebuah properti, mereka bisa diperjualbelikan bahkan diwariskan. Penindasan ini bahkan telah dimulai semenjak kelahiran sang bayi. Sebagian besar dari mereka tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Hal tersebut dilakukan karena mereka takut akan kehinaan dan kesialan nasib yang akan menimpa. Perempuan dianggap lemah karena tidak mampu berperang dan dianggap sebagai sumber kemiskinan.

Namun, Aisyah ingin mengubah pandangan pembaca bahwa perempuan tidaklah selalu dipandang buruk dalam tradisi Arab jahiliyyah. Dengan lihainya ia mengupas pendapat beberapa ahli yang menunjukkan tingginya kedudukan perempuan saat itu.

Di dalam buku setebal 276 halaman itu, penulis menceritakan salah satu perempuan pemilik kedudukan tinggi pada masa jahiliyyah. Dialah Aminah, perempuan mulia yang dari rahimnya lahirlah seorang putra yang kelak menyinari dunia ini dengan cahaya Rabb-nya.

Selain Ibunda Rasulullah saw, buku ini juga menceritakan tentang Ibunda-ibunda Rasul terdahulu yang tak kalah istimewanya. Di antaranya adalah Ibunda Nabi Ismail as, Nabi Musa as, dan Nabi Isa as, yang meski hanya sedikit penjelasan yang tertulis, namun tidak meninggalkan kesan istimewa pada pembaca.

Sebagian besar buku ini bercerita tentang perjalanan hidup Sayyidah Aminah binti Wahab. Sejak kecil ia dikenal sebagai bunga Quraisy yang memiliki kematangan, putri tokoh Bani Zuhrah yang paling tinggi nasab dan kemuliannya.

Kisah cintanya dengan putra ternama Bani Hasyim-Abdullah, yang kelak menjadi ayah Rasulullah saw, juga tak luput dari perhatian penulis. Penderitaan Aminah yang harus menjanda bersama kandungan di perutnya, hingga akhirnya ajal menjemput peraduannya.

Diceritakan pula di dalamnya kondisi kota Mekkah sebelum Islam datang. Kisah-kisah kaum-kaum terdahulu yang pernah tinggal di kota itu juga dijelaskan secara terperinci. Bagaimana permusuhan antarkaum yang kebanyakan lebih didominasi oleh faktor politik daripada faktor ideologi. 

Meskipun bahasa yang digunakan agak membingungkan karena merupakan terjemahan dari buku berbahasa Arab, membacanya tidak akan membuat kita bosan. Perpaduan yang cukup unik antara sastra yang cenderung mendayu-dayu dengan sejarah yang cenderung kaku. Kalimat demi kalimatnya yang meskipun sarat akan nuansa sejarah, namun tetap menggugah pembacanya untuk menamatkan buku ini hingga halaman akhir. Dengan membaca buku ini akan meningkatkan pengetahuan kita terhadap tradisi Arab pra-Islam secara terperinci.

Namun, halaman sampul buku ini kurang menarik. Penampilannya yang cenderung sederhana dan biasa-biasa saja ini bisa mengurangi minat pembaca untuk meliriknya. Meskipun demikian, buku ini memuat sejarah yang tak boleh terlewatkan dari daftar bacaan kita.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Materi LK 1 HMI Komisariat Iqbal-Febi

(Tak) Rela

Mengungkap Kebenaran Alquran: Kapan Matahari Padam?