Pemuda di Ujung Senja

ilustrasi:google Hujan deras mengguyur desa petang ini. Kian lama kian deras hingga memaksaku untuk mengintip sungai di belakang rumah. Rupanya ketinggian air sudah mencapai tinggi tanggul. Sekejap kemudian terdengar gelegar petir bersamaan dengan suara dentuman dahsyat yang memekakkan telinga. Spontan saja, segera ku hadapkan muka ke sumber suara. Rupanya tanggul tak lagi kuat membendung luapan sungai. Dalam seketika, konstruksi berbahan dasar batu, pasir, semen dan kawan-kawannya itu luluh lantak oleh sekali gebrakan. Tanggul yang dulunya menjadi kebanggaan warga, kini sudah tak lagi berwibawa, yang ada hanyalah malapetaka. Lupakan soal tanggul itu, dengan posisi yang serba terjepit, waktu sempit, segera kuambil barang-barang prioritas yang bisa kuselamatkan. Kemudian aku lari pontang-panting menjauhi amukan aliran sungai yang kian menjadi itu. Hingga malam menjelang, banjir tak segera surut, bahkan tingginya kini mencapai atap rumah warga. Tak lama kemudian datanglah t...